Jumat, 14 Februari 2020

Curhatan Sarjana "Gagal" [Part 2]

Sstt! untuk yang belum baca Part 1, silakan klik di sini.
Enjoy it!

***
Part 2

Aku pergi bersama salah satu temanku yang juga ditunjuk untuk ke sana. Kami naik kereta jam 10 malam dan sampai kostan di Bandung sekitar jam 2an dini hari. Ngomong-ngomong, kostan ini sudah ditentukan oleh kantorku. Sedikit intermezzo. Menurut cerita, karyawan-karyawan dari kantor ku yang dulu juga pernah “dinas” di Bandung, tinggalnya di kostan ini. Bahkan dulu sempat sebagian besar penghuni kostan ini adalah karyawan dari kantorku.

Lanjut saat aku dan satu temanku samapi di kostan, setelah dikasih kunci dan diberi tahu mana kamarku, aku langsung beberes sebentar dan tidur karena paginya akan langsung bekerja.

Selama bekerja di Bandung aku tidak langsung memegang project. Kurang lebih kondisi aku di Bandung sama saja dengan saat di Jakarta, menganggur. Waktu menganggur aku isi dengan mempelajari proses bisnis dari palikasi yang sudah selesai dibuat, dan aku selangi dengan belajar react seperti yang diminta atasan aku sewaktu di Jakarta.

Oh iya, aku mau sedikit menjelaskan sesuatu sebelum melanjutkan cerita pekerjaanku. Jadi, proyek di Bandung ini adalah aplikasi untuk sebuah dealer motor dan rencana kedepannya tidak hanya akan dipakai oleh dealer di Bandung, tapi bisa sampai dealer di Manado (kalau tidak salah). Proyek ini dibagi menjadi 3 bagian, sebut saja bagian 1, bagian 2, dan bagian 3. Aku masuk di team bagian 1. Jadi sebenarnya di setiap bagian aplikasinya SUDAH JADI. Terlebih aplikasi untuk bagian 1, mereka sudah go live, dimana artinya aplikasi itu sudah dipakai oleh user. Dan menurutku aplikasi yang sudah jadi ini bukanlah aplikasi sederhana dengan coding-an yang sedikit. Tapi sudah merupakan aplikasi besar yang coding-annya sudah tak terhitung berapa line. Bahkan untuk di bagian 1 saja aplikasi untuk web-nya, memiliki sekitar 30an modul. Jadi bisa dibayangkan sudah seberapa besar aplikasi ini dikembangkan.

Ok, lanjut. Jadi sebulan aku di Bandung belum sama sekali menyentuh coding-an itu aplikasi, baik yang untuk web ataupun untuk yang di mobile. Aku hanya mempelajari proses bisnis, cara penggunaan aplikasi, dan sisanya diisi dengan sesuka hati.

Jujur selama di Bandung aku merasa sangat amat minder dengan orang-orang yang ada di sana. Mereka semua “jago” banget ngoding. Misal, sebut saja Bang Fa. Beliau belum lulus dari kuliahnya, bahkan sekarang sedang menyusun skripsi. Tapi kalau soal web, dia yang diandalkan di team. Lalu ada Bang Re, dia bahkan lulusan SMA. Tapi soal aplikasi mobile dia jago banget. Lalu ada satu wanita di sini, panggil saja Kak La. Beliau sudah lulus dari salah satu kampus yang cukup terkenal di Bandung, kalau melihat beliau sedang ngoding, rasanya gampang banget. Seperti aku yang sekaran sedang bercerita. Mikir bentar, udah banyak line yang kebentuk.

Mereka bertiga hanya sebagian kecil dari team yang “memegang” bagian 1, sisanya bisa dibilang sudah expert dalam hal coding-coding-an! Lah aku, hanya anak lemah yang dimasukkan ke ring tinju dengan niatan agar aku langsung bisa jadi petinju.

Sebulan selama di sana dengan kondisi ruang kerja yang kurang nyaman dikarenakan ruang kerja kami letaknya di gudang penyimpanan motor. Tidak kotor memang, tapi terkadang ada suara keras dari lantai 2, suara seseorang yang sedang test fisik unit motor baru. Atau suara keras kadang berasal dari lift barang jika ada motor baru datang dan akan dimasukan ke dalam gudang. Bagiku cukup mengganggu.

Ah jadi kangen bekerja di gedung tinggi itu.

Sebulan bekerja di Bandung, rasa minder akan kemampuan aku yang tidak berkembang semakin menjadi. Terlebih melihat orang-orang itu yang ibarat kata, kalo lagi ngoding seperti tidak usah mikir keras. Lancar saja gitu. Oh iya, terlebih kalau sudah mendekati jam pulang. Jadi, kalo ada yang mau pulang, ada saja yang bilang, “Ok, done!” yang mengartikan bahwa task yang sedang mereka kerjakan sudah selesai.

Lalu disambut dengan pertanyaan, “Sudah di-push, Kang?” (sebenarnya mereka berbicara dengan bahasa Sunda).

“Sudah, dong!” balas di Abang yang bilang ‘done’ tadi.

“Mantap!” teriak salah seorang lainnya.

Lalu ruangan ramai dengan tepukan tangan dan teriakan. 

Tidak setiap hari begitu. Tapi setiap hari hatiku berkata, “Gila mereka ini!”

Lalu singkat cerita sampailah aku dan teman-temanku dimasa hand over pekerjaan. Jadi aplikasi yang sudah go live itu, kan sebelumnya dikerjakan oleh team yang berisikan Bang Fa, Bang Re, Kak La, dan lima kawan-kawan mereka lainnya. Nah, rencana sebenarnya adalah, mereka sudah tidak akan memegang bagian 1 lagi dan akan melakukan pekerjaan lain. Maka dari itu, aku dan teman-temanku dipersiapkan untuk hand over aplikasi yang sudah mereka buat untuk selanjutnya dikembangkan sesuai kebutuhan user.

Saat diberitahu bagian-bagian atau hal-hal yang akan menjadi fokus kami masing-masing kedepannya, aku kebagian untuk handle  UI (User Interface) untuk web. JENGJOOOTTTT!! Dimana artinya, aku tidak akan menggunakan react, karena untuk UI mereka pakai java dengan framework zkoss :)

Dalam hati senang, sih karena sampai saat itu pun aku masih belum bisa menggunakan react. Tapi cukup sebal juga, karena tidak seperti apa yang digambarkan oleh bapak-bapak yang “menyuruh” aku untuk ke Bandung. Terkadang memang terlalu banyak perubahan yang tidak kita ketahui, hanya “orang-orang atas” yang tahu dan memutuskan bawahannya harus jadi apa dan harus bagaimana. Nasib!

Dari situ aku bertekad, “Ok, yang ini sudah jelas karena hand over sudah dijadwalin dan aku harus belajar zkoss.”

Bulan ke dua aku diajarin mengenai web UI dari aplikasi di bagian 1 oleh Bang Fa. Saat awal diajarin Bang Fa, beliau meminta aku untuk cloning modul dari gitlab. Jujur, aku nggak tahu cloning itu apaan maksudnya. Yang aku tahu, modul dari gitlab, aku download terus aku buka di IDE yang aku punya. 

“Yaudah, Njar coba cloning modul web UI dulu aja ya.” Kata Bang Fa, lalu aku ditinggal dia kerja. Wajar, kerjaan dia cukup banyak. Tidak bisa meladeni aku setiap waktu.

Bodohnya adalah, aku bilang, “Ok, Bang.” Padahan dalam hati masih bingung cara cloning itu bagaimana. Hahaha, bodoh!

Akhirnya aku buru-buru cari caranya di google, nonton vidionya di YouTube. Pas aku coba, ternyata bisa, dan pas banget setelah sukses melakukan cloning, Bang Fa datang menanyakannya, “Udah selesai coling modulnya?”

“Udah, Bang.” Padahal dalam hati bersyukur banget bisa selesai tepat waktu. Alhamdulillah.

Dari situ aku diajarin dan dikasih tugas dari Bang Fa yang berhubungan dengan web UI hingga waktu pelatihan yang selama dua minggu itu habis. Selanjutnya aku harus bisa sendiri, ya walaupun kadang-kadang kalau mau tanya kembali ke Bang Fa atau teman-teman Bang Fa lainnya tetap dibolehkan. Tapi kan mereka juga punya kerjaan yang harus mereka selesaikan, bukan hanya meladeni pertanyaan aku dan teman-temanku.

Sampai akhirnya task pertama aku terima. YEAY! Kau tahu, aku begitu semangat mengerjakan task itu. Aku diminta untuk membuat beberapa tampilan seperti menu download price list, menu cek fisik unit kendaraan, dan ada beberapa tampilan lagi. Dan alhamdulillah seluruh task aku dapat aku selesaikan tepat waktu.

Bulan ke 2 aku di Bandung ini berjalan lancar. Aku mulai menyukai ngoding. Lebih tepatnya untuk membuat UI & UX. Walaupun aku masih melakukan copas dari coding-an yang sudah ada dan merubah label-label atau variable-variable sesuai kebutuhanku, tapi aku bisa “membaca” dan “memahami” apa yang aku ketik.

Tapi kantorku memang selalu memberi kejutan yang tak terduga. Masuk ke bulan ke 3 di Bandung, terjadi perubahan struktur team yang cukup mempengaruhi kinerja aku. Aku dipindahkan dari yang “mengurus” UI & UX web, menjadi seorang programmer full stack. Dimana artinya tugas aku bertambah, tidak hanya membuat layout, tapi menyentuh ranah back end.

“Wasalam!” dumelku dalam hati.

-BERSAMBUNG-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar