Enjoy it!
***
Part 2
Aku pergi bersama salah satu temanku yang juga ditunjuk untuk ke sana. Kami naik kereta jam 10 malam dan sampai kostan di Bandung sekitar jam 2an dini hari. Ngomong-ngomong, kostan ini sudah ditentukan oleh kantorku. Sedikit intermezzo. Menurut cerita, karyawan-karyawan dari kantor ku yang dulu juga pernah “dinas” di Bandung, tinggalnya di kostan ini. Bahkan dulu sempat sebagian besar penghuni kostan ini adalah karyawan dari kantorku.
Lanjut saat aku dan satu temanku samapi di kostan, setelah
dikasih kunci dan diberi tahu mana kamarku, aku langsung beberes sebentar dan
tidur karena paginya akan langsung bekerja.
Selama bekerja di Bandung aku tidak langsung memegang
project. Kurang lebih kondisi aku di Bandung sama saja dengan saat di Jakarta,
menganggur. Waktu menganggur aku isi dengan mempelajari proses bisnis dari
palikasi yang sudah selesai dibuat, dan aku selangi dengan belajar react
seperti yang diminta atasan aku sewaktu di Jakarta.
Oh iya, aku mau sedikit menjelaskan sesuatu sebelum
melanjutkan cerita pekerjaanku. Jadi, proyek di Bandung ini adalah aplikasi
untuk sebuah dealer motor dan rencana kedepannya tidak hanya akan dipakai oleh
dealer di Bandung, tapi bisa sampai dealer di Manado (kalau tidak salah).
Proyek ini dibagi menjadi 3 bagian, sebut saja bagian 1, bagian 2, dan bagian
3. Aku masuk di team bagian 1. Jadi sebenarnya di setiap bagian aplikasinya
SUDAH JADI. Terlebih aplikasi untuk bagian 1, mereka sudah go live, dimana
artinya aplikasi itu sudah dipakai oleh user. Dan menurutku aplikasi yang sudah
jadi ini bukanlah aplikasi sederhana dengan coding-an yang sedikit. Tapi sudah
merupakan aplikasi besar yang coding-annya sudah tak terhitung berapa line.
Bahkan untuk di bagian 1 saja aplikasi untuk web-nya, memiliki sekitar 30an
modul. Jadi bisa dibayangkan sudah seberapa besar aplikasi ini dikembangkan.
Ok, lanjut. Jadi sebulan aku di Bandung belum sama sekali
menyentuh coding-an itu aplikasi, baik yang untuk web ataupun untuk yang di
mobile. Aku hanya mempelajari proses bisnis, cara penggunaan aplikasi, dan
sisanya diisi dengan sesuka hati.
Jujur selama di Bandung aku merasa sangat amat minder dengan
orang-orang yang ada di sana. Mereka semua “jago” banget ngoding. Misal, sebut
saja Bang Fa. Beliau belum lulus dari kuliahnya, bahkan sekarang sedang
menyusun skripsi. Tapi kalau soal web, dia yang diandalkan di team. Lalu ada
Bang Re, dia bahkan lulusan SMA. Tapi soal aplikasi mobile dia jago banget.
Lalu ada satu wanita di sini, panggil saja Kak La. Beliau sudah lulus dari
salah satu kampus yang cukup terkenal di Bandung, kalau melihat beliau sedang
ngoding, rasanya gampang banget. Seperti aku yang sekaran sedang bercerita.
Mikir bentar, udah banyak line yang kebentuk.
Mereka bertiga hanya sebagian kecil dari team yang
“memegang” bagian 1, sisanya bisa dibilang sudah expert dalam hal
coding-coding-an! Lah aku, hanya anak lemah yang dimasukkan ke ring tinju
dengan niatan agar aku langsung bisa jadi petinju.
Sebulan selama di sana dengan kondisi ruang kerja yang
kurang nyaman dikarenakan ruang kerja kami letaknya di gudang penyimpanan
motor. Tidak kotor memang, tapi terkadang ada suara keras dari lantai 2, suara
seseorang yang sedang test fisik unit motor baru. Atau suara keras kadang
berasal dari lift barang jika ada motor baru datang dan akan dimasukan ke dalam
gudang. Bagiku cukup mengganggu.
Ah jadi kangen bekerja di gedung tinggi itu.
Sebulan bekerja di Bandung, rasa minder akan kemampuan aku
yang tidak berkembang semakin menjadi. Terlebih melihat orang-orang itu yang
ibarat kata, kalo lagi ngoding seperti tidak usah mikir keras. Lancar saja
gitu. Oh iya, terlebih kalau sudah mendekati jam pulang. Jadi, kalo ada yang
mau pulang, ada saja yang bilang, “Ok, done!” yang mengartikan bahwa task yang
sedang mereka kerjakan sudah selesai.
Lalu disambut dengan pertanyaan, “Sudah di-push, Kang?”
(sebenarnya mereka berbicara dengan bahasa Sunda).
“Sudah, dong!” balas di Abang yang bilang ‘done’ tadi.
“Mantap!” teriak salah seorang lainnya.
Lalu ruangan ramai dengan tepukan tangan dan teriakan.
Tidak setiap hari begitu. Tapi setiap hari hatiku berkata,
“Gila mereka ini!”
Lalu singkat cerita sampailah aku dan teman-temanku dimasa
hand over pekerjaan. Jadi aplikasi yang sudah go live itu, kan sebelumnya
dikerjakan oleh team yang berisikan Bang Fa, Bang Re, Kak La, dan lima
kawan-kawan mereka lainnya. Nah, rencana sebenarnya adalah, mereka sudah tidak
akan memegang bagian 1 lagi dan akan melakukan pekerjaan lain. Maka dari itu,
aku dan teman-temanku dipersiapkan untuk hand over aplikasi yang sudah mereka
buat untuk selanjutnya dikembangkan sesuai kebutuhan user.
Saat diberitahu bagian-bagian atau hal-hal yang akan menjadi
fokus kami masing-masing kedepannya, aku kebagian untuk handle UI (User Interface) untuk web. JENGJOOOTTTT!!
Dimana artinya, aku tidak akan menggunakan react, karena untuk UI mereka pakai
java dengan framework zkoss :)
Dalam hati senang, sih karena sampai saat itu pun aku masih
belum bisa menggunakan react. Tapi cukup sebal juga, karena tidak seperti apa
yang digambarkan oleh bapak-bapak yang “menyuruh” aku untuk ke Bandung.
Terkadang memang terlalu banyak perubahan yang tidak kita ketahui, hanya
“orang-orang atas” yang tahu dan memutuskan bawahannya harus jadi apa dan harus
bagaimana. Nasib!
Dari situ aku bertekad, “Ok, yang ini sudah jelas karena
hand over sudah dijadwalin dan aku harus belajar zkoss.”
Bulan ke dua aku diajarin mengenai web UI dari aplikasi di
bagian 1 oleh Bang Fa. Saat awal diajarin Bang Fa, beliau meminta aku untuk
cloning modul dari gitlab. Jujur, aku nggak tahu cloning itu apaan maksudnya.
Yang aku tahu, modul dari gitlab, aku download terus aku buka di IDE yang aku
punya.
“Yaudah, Njar coba cloning modul web UI dulu aja ya.” Kata
Bang Fa, lalu aku ditinggal dia kerja. Wajar, kerjaan dia cukup banyak. Tidak
bisa meladeni aku setiap waktu.
Bodohnya adalah, aku bilang, “Ok, Bang.” Padahan dalam hati
masih bingung cara cloning itu bagaimana. Hahaha, bodoh!
Akhirnya aku buru-buru cari caranya di google, nonton
vidionya di YouTube. Pas aku coba, ternyata bisa, dan pas banget setelah sukses
melakukan cloning, Bang Fa datang menanyakannya, “Udah selesai coling
modulnya?”
“Udah, Bang.” Padahal dalam hati bersyukur banget bisa
selesai tepat waktu. Alhamdulillah.
Dari situ aku diajarin dan dikasih tugas dari Bang Fa yang
berhubungan dengan web UI hingga waktu pelatihan yang selama dua minggu itu
habis. Selanjutnya aku harus bisa sendiri, ya walaupun kadang-kadang kalau mau
tanya kembali ke Bang Fa atau teman-teman Bang Fa lainnya tetap dibolehkan.
Tapi kan mereka juga punya kerjaan yang harus mereka selesaikan, bukan hanya
meladeni pertanyaan aku dan teman-temanku.
Sampai akhirnya task pertama aku terima. YEAY! Kau tahu, aku
begitu semangat mengerjakan task itu. Aku diminta untuk membuat beberapa
tampilan seperti menu download price list, menu cek fisik unit kendaraan, dan
ada beberapa tampilan lagi. Dan alhamdulillah seluruh task aku dapat aku
selesaikan tepat waktu.
Bulan ke 2 aku di Bandung ini berjalan lancar. Aku mulai
menyukai ngoding. Lebih tepatnya untuk membuat UI & UX. Walaupun aku masih
melakukan copas dari coding-an yang sudah ada dan merubah label-label atau variable-variable sesuai kebutuhanku, tapi aku bisa “membaca” dan “memahami”
apa yang aku ketik.
Tapi kantorku memang selalu memberi kejutan yang tak
terduga. Masuk ke bulan ke 3 di Bandung, terjadi perubahan struktur team yang
cukup mempengaruhi kinerja aku. Aku dipindahkan dari yang “mengurus” UI &
UX web, menjadi seorang programmer full stack. Dimana artinya tugas aku
bertambah, tidak hanya membuat layout, tapi menyentuh ranah back end.
“Wasalam!” dumelku dalam hati.
-BERSAMBUNG-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar