Sabtu, 14 Desember 2019

Kebanyakan Alasan!


Pernah ngerasa suka banget sama mata pelajaran matematika. Suka kalau dapet hasilnya dan itu benar, tapi suka juga kalau ternyata hasilnya salah dan gue harus ngulang lagi sampai dapat jawaban yang benar. Terus belakangan ini lagi suka sama channel Youtube-nya Jerome Pollin yang bernama Nihonggo Mantappu. Singkat cerita dia adalah orang Indonesia yang berhasil dapat beasiswa untuk kuliah S1 di Jepang dan jurusannya itu matematika.

Beberapa kali liat video dia yang bertemakan battle matematika, kayak ngerasa “dulu gue bisa nih ngerjain soal begini”. Hahaha, iya duluu. Jaman SMK. Sekarang karena sudah nggak dilatih lagi, ya sudah lupa sama rumus-rumusnya.

Gue mau cerita sedikit kenapa sebenarnya matematika tidak sesusah dan semenakutkan seperti yang dibayangan siswa-siswa pada umumnya. Jadi dulu, bokap gue pernah bilang begini, “Matematika itu ilmu pasti. Kamu pasti nemuin jawabannya.” That’s why gue suka matematika dibandingkan sejarah atau geografi. Jelas banget kan, matematikan itu ilmu pasti dimana 1+1=2 dan disetiap soal matematika itu pasti bisa didapet jawabannya. Kalau (missal) sejarah dan lo lupa sama jawabannya ya sudah gitu, lu gak bakalan bisa jawab itu soal. Tapi kalo matematika, misal lu lupa rumusnya, lu pasti masih bisa puter otak gimana dapetin jawabnnya (re: bukan puter otak untuk nyari tahu jawaban orang lain, ya!).

Tapi anehnya di gue adalah, gue gak mau kuliah di jurusan matematika. Malah gue mau ambil kuliah di jurusan Sastra Bahasa Indonesia. Dimana untuk masuk jurusan sastra, mata pelajaran yang diteskan adalah SOSHUM (Sosial dan Humaniora) yang isinya kalian tahu sendiri lah, ya. Tapi sayangnya, karena emang gue orang yang cukup susah untuk menghafal sesuatu. Gue gagal untuk masuk PTN yang gue incer jurusan sastra Bahasa Indonesianya. Malah geu masuk kampus swasta di jurusan Sistem Informasi. ASLI NGGAK NYAMBUNG!! WKWKWK

Tapi sekali lagi, gue selalu ngerasa bahwa Allah menempatakan gue di posisi sekarang pasti ada maksud dan tujuannya, dimana semua itu adalah demi kebaikan gue.

Tapi lagi, akhir-akhir ini gue lagi ngerasa mulai mau mundur dari dunia programing. Gue mulai ngerasa “kayaknya gue gak cocok deh sama dunia programming begini”. Gue bukan mau jadi orang yang tidak bersyukur karena Allah sudah ngasih jalan yang mudah banget untuk gue bisa dapet pekerjaan yang sesuai dengan jurusan saat kuliah. Tapi entah kenapa belakang ini gue mulai ngerasa, gue nggak bisa beradaptasi dengan pekerjaan ini.

Beberapa hal yang bisa gue jadikan “alesan” kenapa gue masih ngerasa nggak cocok dengan pekerjaan sebagai programmer, diantaranya:
1. Gue udah mulai mencicipi dunia karyawan dari tahun 2017 awal, dan dari tahun itu gue dapat pekerjaan yang berhubungan dengan nyusun dokumen, minta tanda tangan atasan, nyusun data, berhubungan dengan orang yang emang bersangkutan dengan kerjaan gue gitu. Dan di tempat yang sekarang, gue juga berhubungan dengan orang yang emang bersangkutan juga sama pekerjaan, tapi sangat amat berbeda dari pengalaman kerja yang sudah gue lakuin sebelumnya.

2. Terus juga kalau di pekerjaan gue sebelumnya, gue bekerja hanya dari jam 8 samapai jam 5 sore. Setelah itu, semua yang berhubungan kerjaan nggak gue sentuh lagi (kecuali memang kalau ada lembur). Tapi di dunia programing ini, udah jam pulang pun kadang-kadang masih ngurusin pekerjaan. Mending, lah kalau begitu. Hari libur pun gue kadang masih ngerjain tugas. Jadi kayak hidup gue gak asik banget gitu lho. Masih dihantui pekerjaan dimana-mana. Hahahaha

3. Dunia programingr itu luuuaasss banget. Kalau di dunia per-admin-nan mah, ya lu paham apa yang emang jadi tugas lu, ya itu terus yang bakalan lu kerjain seterusnya. Kalau jadi programmer, lu hari ini nemuin issue A, besok bisa-bisa yang ditemuin issue B, jadi kayak “gak pernah habis untuk terus belajar dan nemuin hal baru”. Bagus, sih. Tapi gue ngerasa gak bisa aja kalo gitu. Gue suka yang pasti-pasti, gitu. Jangan hari ini A, besok B, besok-besoknya bisa-bisa balik ke A lagi. Kayak gue suka matematika, karena matematika adalah ilmu pasti. Nah itu, gue suka yang pasti-pasti.

4. Ini berhubungan dengan hobi, sih. Jadi gue punya hobi baru selain menulis yaitu face painting. Dan ketika gue ngelakuian hal tersebut, gue ngerasa nyaman banget. Karena menulis dan face painting memiliki persamaan, yaitu sama-sama “hanya gue yang mengerjakannya hingga finish”. Memang jadi programmer juga gitu, ngerjain misal satu modul sendiri sampe modul itu sukses dan sesuai keinginan user, tapi dalam mengerjakan satu modul itu, seorang programmer tetap bakalan berhubungan dengan beberapa orang, entah itu ke orang yang mengang data base, atau orang dibagian dev-ops, atau bahkan bakalan berhubungan dengan PM-nya. Jadi beda gitu. Hahaha

Di atas itu hanya alasan-alasan gue yang sekarang mulai ngerasa tidak nyaman di dunia programing. Dan karena di kantor gue yang sekarang gue sudah tanda tangan kontrak 2 tahun (berakhir di Agustus 2021) dan mau tidak mau gue harus tetap stay di dunia pekerjaan ini. Tapi bisa jadi suatu saat nanti gue berubah pikiran. Bisa jadi Anjar di 2020, sudah menjadi Anjar yang suka dengan dunia programming. Bisa jadi Anjar di 2020 sudah menjadi seorang yang sudah hafal mana yang harus diperbaiki jika terjadi issues yang sebenarnya memang bisa dipahami dan diselesaikan. Bisa jadi di 2020, gue malah jadi seorang programmer yang juga sebagai selebgram dari hobi face painting, so dua-duanya bisa jalan bersamaan dan saling menguntungkan. Aamiinn

Karen kita tidak pernah tahu bagaimana Allah merencanakan hidup kita. Yang hanya harus kita lakukan adalah menjalaninya sepenuh hati, menjalaninya dengan rasa ikhlas dan sabar, dan pastinya do the best, tapi tetap tidak lupa harus semakin mendekatkan diri ke Allah. Dan juga, harus memperbaiki hubungan dengan-Nya. Karena yang gue yakini adalah jika kita memperbaiki agama di hidup kita, insyaAllah Allah akan memperbaiki hidup kita juga.

Hehehehe

Namanya juga masih belajar, nggak apa-apa mengeluh tapi yang wajar. Jangan terus menerus.
Nggak apa-apa untuk merasa bosan dan mengambil cuti untuk menyegarkan pikiran, tapi jangan sering-sering.
Nggak apa-apa untuk menangis, tapi jangan kebanyakan.
Intinya sayangi dirimu, cintai dirimu, dan senantiasa perbaiki dirimu.
Semangat para pencari cuan!!


Xoxo,

@diianjar
(Diah Ayu Anjarwati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar