Rasanya sudah lama tidak
bercengkrama dengan keyboard mengenai hal pribadi. Akhir-akhir ini sudah
disibukkan dengan urusan perkuliahan demi menggapai status sarjana komputer. Dan
alhamdulillah, tanggal 2 Agustus 2019 kemarin, gue sudah melaksanakan sidang
terakhir, yaitu sidang skripsi. Dan alhamdulillah nya lagi, gue lulus *bunyi
terompet! Hahaha
Di LLP part 3 ini, gue mau sedikit
curhat mengenai perjalanan 1 semester terakhir ini, mungkin akan dibagi ke part-part
lainnya. Karena kalau dijadiin 1 cerita, bisa panjang banget page blog ini. Jadi
di part 3 ini dikhususkan untuk sampai seminar proposal.
Sebenernya gue juga gak terlalu
merasakan banyak lika-liku di semester akhir ini. Alhamdulillah Allah
bener-bener kasih kemudahan dari setiap kegiatan gue. Jadi gini ceritanya…
Sebelum fokus ke TA (Tugas Akhir)
a.k.a skripsi, gue diharuskan fokus ke proposal TA (semua kampus juga gitu lah
ya!). Proposal ini intinya berisikan TA tapi hanya sampai bab 4, sedangkan TA
sampai ke Bab 6. Awal mulanya di proposal gue mau buat perancangan sistem informasi
rekomendasi destinasi wisata dengan tolak ukur budget. Akhirnya gue buat lah
itu perancangan web-nya. Bahkan bisa dibilang sebelum sempro (seminar proposal)
aplikasi gue udah mencapai 50% dan proposalnya pun sudah hampir selesai.
Tapi, ada satu hari gue kerja bersama-sama
beberapa temen gue. Ada satu orang lelaki yang (sebut saja Tarno) bilang
begini, “Yah lu buat aplikasi rekomendasi wisata? Noh pake punya gue! Udah selesai!”.
Jadi latar belakang dia bilang begitu karena di salah satu mata kuliah di
semester sebelumnya memang ada yang mengharuskan mahasiswanya membuat sebuah
aplikasi jadi yang selanjutnya akan dipamerkan (intinya begitu).
Gue adalah tipe orang yang pemikir.
Bahkan omongan orang bisa sangat membekas di kepala gue. Mungkin kalian akan
bilang kalua gue baperan. Apa-apa bawa perasaan sehingga mengaggap itu
merupakan perkataan yang sebenernya bercanda tapi gue yang seakan-akan
membuatnya serius. Ya, silakan kalian bilang begitu. Karena memang bilang “ah
lu baperan” terasa lebih mudah dibanding bilang “maaf, ya”.
Ok, lanjut lagi setelah Tarno bilang
kayak gitu. Dia ngomong kayak gitu dengan nada yang seperti merendahkan dan
dicampur dengan ketawanya yang merasa bahwa yang gue rancang ini gak ada apa-apanya
dibanding rancangan dia. Jujur setelah dia bilang gitu, gue jadi merasa seperti
“Ah iya, aplikasi gue biasa banget. Udah banyak di google aplikasi semacem ini.
Ini pantes dijadiin skripsi? Apa gue ganti aja ya?”
Dan kalimat itu terus terngiang
di kepala gue, dan buat gue selalu merasa apa yang gue buat ini terlalu biasa? Otak
gue kayaknya gak bisa diajak mikir yang lebih kreatif, gitu!
Akhirnya gue curhat ke salah satu
sahabat gue. Dia nyaranin gue untuk bikin aplikasi berbasis android tentang remainder
kalau pengguna sudah mau sampai pada lokasi tujuannya. Tapi dikhususkan untuk pengguna
kendaraan umum.
“Hhmmm boleh juga,” ucap gue.
Akhirnya proposal TA gue yang
rekomendasi destinasi wisata itu gue kubur dalam-dalam. Padahal waktu menuju
sempro kalau nggak salah tinggal 2 minggu lagi. Dan gue memulai proposal gue
dari NOL.
Sampai pada hari mendekati
sempro. Proposal gue untuk rancangan yang ke dua itu, belum selesai. Akhirnya gue
ngebuat presentasi tetep menggunakan yang rekomendasi destinasi wisata.
Pas gue maju, gue ditanya sama dosen
gue. “Ini yang kamu presentasiin yang akan kamu buat jadi TA, kan?”
Ya gue jawab, “Nggak, Bu. Jadi
yang ini adalah rancangan pertama saya, tapi mau saya ubah. Dan yang bakalan
jadi TA saya nanti proposalnya belum selesai.”
“Coba kamu buka yang bakalan kamu
jadiin TA aja.”
Akhirnya gue ngebuka proposal
setengah jadi gue ke hadapan dosen penguji. Jujur takut banget. Takut dinilai
jelek, karena nilai dari sempro ini punya bobot 15% untuk nilai akhir mata
kuliah Tugas Akhir ini.
Ya gue ngejelasin inti dari
rancangannya ke dosen gue. Sebisa gue, semenarik mungkin agar tidak kelihatan
banget belum jadinya gitu. Tapi untungnya sempro ini gak terlalu formal seperti
yang dilakukan teman-teman gue di semester sebelumnya. Intinya, kayak gini,
jadi gue sudah ambil mata kuliah MPTI dari 2 semester sebelumnya. Nah, untuk mahasiswa
yang ambil TA di semester ini diharuskan ada nilai sempro dari mata kuliah
MPTI. Sedangkan waktu gue ambil MPTI, gak ada sempro begitu. Jadilah ini
merupaka sempro dadakan. Jadi gak terlalu formal.
Alhamdulillah.
Gue sih nyebutnya, “Sempro asik”
ya walaupun gue tetep aja takut tentang nilai gue itu. Hahaha
Sebenernya dari sepenggal cerita
di atas adalah, harus hati-hati dalam berucap. Karena kita gak tau orang yang
kita ajak ngobrol itu seperti apa. Gue bukan orang yang gak bisa diajak
bercanda, kok. Bahkan di kantor aja gue menjadi orang yang sangat receh dan suka
buat leluconan. Tapi untuk urusan-urusan yang sensitif, seperti kuliah, ortu,
fisik, adalah hal-hal yang menurut gue gak bisa dijadiin lelucon dan bahan
menjatuhkan orang lain.
Kita gak tau perjuangan orang
lain agar dia tetap kuliah dan menjaga nilai dia (ya walaupun di dunia kerja,
yang namanya nilai mah gak terlalu dilirik, yang utama adalah skill). Kalau
tentang orangtua pasti tidak ada yang suka untuk dijadiin bahan lelucon. Dan terakhir
mengenai fisik, atau biasa disebut body shimming. That’s really really not god
idea to be a joke.
Cukup sekian dan terima kasih.
Selanjutnya akan ada (insya
Allah) LLP part 4 mengenai cerita setelah sempro hingga gue sidang skripsi.
Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar