Selasa, 30 Januari 2018

Cinta itu, Cemburu sampai Tua

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI) cemburu memiliki 2 artian, yaitu:
  1. Merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; sirik.
  2. Kurang percaya; curiga (karena iri hati).

Kalau dilihat dari atri-arti di atas, jauh sekali dari yang namanya cinta, ya? Tapi menurut KBBI cinta memiliki 4 pengertian, yaitu:
  1. Suka sekali; sayang benar.
  2. Kasih sekali; terpikat.
  3. Ingin sekali; berharap sekali; rindu.
  4. Susah hati (khawatir); risau

See? Pengertian dari cinta yang nomor 4 erat seklai dengan pengertian dari cemburu, bukan?
Menurut gue sih, cinta itu cemburu sampai tua. Mengapa? Karena bagi sebagaian yang memerhatikan (re: seperti gue yang tidak merasakan cemburu tapi merasa bahwa kalau ada orang yang sedang cemburu itu lucu) sikap dari orang yang cemburu itu sangat menunjukan betapa ia mencintai pasangannya. Ia terlalu iri, terlalu sirik dengan orang-orang yang terlihat terlalu dekat dengan pasangannya. Yang bisa saja orang itu akan menghancurkan hubungan mereka.

Pasti ada yang bilang, “cemburu sih boleh saja, tapi dibatas wajar, lah!”

Sekarang gue tanya, batas wajarnya cemburu itu seperti apa sih?

“Ya dia kan tau itu cewek/cowok yang deket sama gue kan temen sekelas/temen ekskul/temen komunitas.”

Pertanyaan lagi, “Emang hubungan awal kalian, kalian itu sebagai apa? Saudara sepupu? Ibu sama anak? Nggak, kan? Kalian mungkin dulunya adalah teman sekelas, se-ekskul, sehobi, atau “se-se” lainnya yang membuat kalian menjadi intens bertemu lalu timbul cinta.”

Nggak perlu dijelasin lah, ya, kelanjutan dari kalimat di atas.

Kalaupun timbul sebuah “pembelaan” lagi seperti, “masa dia cemburu sama orang yang baru gue liat di jalan, nggak pantes banget, lah!”

EHEM! Itu menurut gue sih udah jelas banget, yaa siapa yang salah?

Pasti pasangan yang “membela diri” itu yang melakukan sesuatu sampai membuat pasangannya merasa cemburu. Coba, kalau yang lewat nenek-nenek atau kakek-kakek, apa pasangan “pembela diri” itu akan “main mata” yang mengakibatkan cemburu? Nggak perlu dijawab, pasti sama jawabannya.

Lantas, batas wajar dari cemburu itu apa? Anyone can answer my question ?

***

Cinta itu cemburu sampai tua.

Gue punya satu kisah yang membuat gue sampai mengucapkan kalimat itu, “Cinta itu cemburu sampai tua”.

Jadi, di kantor gue ada salah satu pekerja yang sudah cukup tua, karena beliau memang sudah memiliki cucuk, yups beliau sudah menyandang predikat “Kakek”.

Singkat cerita, istri dari si kakek itu tiba-tiba ngelabrak salah satu rekan kerja gue lainnya. Dengan landasan bahwa suaminya pernah telponan dan sms-an sama wanita itu. Padahal seisi kantor pun tahu, kalau kami saling telponan atau bertukar pesan pun hanya mengenai pekerjaan, tidak lebih. Apalagi wanita itu cukup muda, baru punya 1 anak.

Istri si kakek pun mengirim pesan yang cukup kasar kepada wanita yang menurutnya seorang pelakor (perebut laki orang). Karena si wanita merasa tidak kenal dengan nomor si nenek itu, tidak dibalaslah itu pesan. Sampai akhirnya si nenek menelfon si wanita. Bicara cukup kasar dengan nada yang cukup keras, tuduhan pun dilontarkan si nenek tanpa tahu yang sebenarnya dari sisi si wanita itu.

Akhirnya, setelah perdebatan yang cukup tenang (karena si wanita pembawaan sikapnya memang selalu tenang, susah dipancing emosinya), mereka pun saling berbaikan dan si nenek pun tahu yang sebenarnya terjadi dan meminta maaf pula ke si wanita itu.

Intinya, salah nggak sih si nenek masih cemburu kepada wanita yang sempat bertelfonan dengan suaminya jika dilihat mereka sudah menikah puluhan tahun?

Salah nggak, sih, rasa cemburu itu?

Mungkin ada orang yang berpendapat, “Itu mungkin karena si kakek pernah berbuat sesuatu yang sampai mengakibatkan si nenek cemburu buta seperti itu.”

Nggak perlu fokus ke hal-hal yang menyebabkan rasa cemburu itu timbul, fokuslah kepada perasaan si nenek yang masih cemburu melihat suaminya kontakan dengan wanita lain. Bayangkan, betapa cintanya si nenek kepada si kakek.

***

Cinta itu cemburu sampai tua.

Tidak pelu kamu selalu berbuat manis kepada ku.
Tidak perlu kamu mengukur sedalam apa cintaku.
Lihat saja dari cara aku cemburu.

BJika kamu melihat aku cemburu biarkan saja aku merasakannya.
Anggap saja aku sedang menunjukan cintaku.
Jangan hindarkan aku untuk merasakan cemburu.
Tes-lah aku, tes-lah cintaku.
Kalaupun aku cemburu namun kamu menemukan kenyamanan baru.
Artinya aku salah meletakan cemburuku.

Yang perlu kamu tahu.
Aku selalu cemburu dengan orang-orang yang bisa leluasa memandangmu.
Dengan orang-orang yang membuatmu tertawa lepas.
Dengan dia yang memberikan kenyaman baru.
Aku cemburu.
Biarkan aku merasakan cemburu ini sampai tua nanti.
Inilah bukti cintaku.


*maap, nih, ye, kalo kalimat-kalimat di atas nggak ada nyambung-nyambunya sama sekali*  😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar