Senin, 18 Juli 2016

#OSPeace


Gambar : Saat peserta MOS berkumpul di aula sekolah.

Masa-masa orientasi saat di SMK tidak bisa aku lupakan. Kegiatan yang berlangsung lima tahun silam itu tepatnya tanggal 18 Juli 2011 memang menjadi sebuah kenangan tersendiri. Hanya terjadi satu kali seumur hidup. Pantaslah aku menjadi lebih lebay saat mengingat kegiatan itu. Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari di sekolah.
Pagi itu, hari pertama MOS, lapangan parkir SMKN 26 Pembangunan Jakarta yang menjadi saksi dari kurang lebi 300 murid baru (termasuk aku) dibariskan dengan rapi sejak jam 04.30 oleh beberapa kakak kelas. Kami semua masih mengenakan seragam putih biru. Seragam yang sebenarnya sudah ingin sekali kami lepas saat mengetahui bahwa kami lolos dari serangkaian tahap penyeleksian untuk masuk sekolah ini. Namun, kami harus bersabar untuk 3 hari kedepan. Oh, iya, kembali lagi ke cerita di pagi itu. Pagi itu, aku baru melihat wajah-wajah baru. Mereka masih terlalu asing untukku. Semua peserta didik baru yang laki-laki bergaya rambut sama: botak. Sedangkan yang wanita hanya disuruh untuk rambutnya diikat rapi. Tidak seperti MOS-MOS yang ada di televisi, yang para murid wanita diharuskan mengikat rambut dengan pita warna-warni hingga terlihat seperti orang tidak waras. Sedangkan wanita yang berkerudung pun tidak diharuskan bergaya atau menempelkan yang aneh-aneh. Kami bergaya seperi basanya, seperti saat hari sekolah.
Oh, iya, pada hari sebelum MOS, di sekolah diadakan acara pra-MOS. Di situ para murid baru diberikan beberapa list makanan dan barang-barang yang harus dibawa ataupun dibuat. Aku ingat sekali, saat itu aku disuruh membuat name tag berbentuk piston (sebuah komponen pada mesin kendaraan), wajar saja karena aku masuk di jurusan otomotif. Aku juga disuruh membawa nasi goreng dengan lauk nugget yang membentuk tulisan “SMKN 26 JKT”. Sinyanya, aku hanya disuruh membawa sapu.
Setiap jurusan disuruh membawa barang yang berbeda-beda. Ada yang membawa alat pel, lap, kemoceng, dan yang lainnya. Ah aku lupa barang apa saja yang dibawa teman-teman yang lainnya karena di sekolahku ada 6 jurusan dan itu pun kejadiannya 5 tahun lalu.
Di hari pertama itu, setelah dikumpulkan di lapangan parkir, selanjutnya kami sholat subuh berjamaah di musholah sekolah. Dengan tertib dan –mungkin– penuh rasa sabar kakak-kakak kelas itu mengatur kami untuk berjalan masuk musholah dengan tidak menimbulkan keramaian. Setelah semua sudah  melaksanakan sholat subuh, kami langsung digiring menuju aula sekolah. Di aula, kami disuruh untuk sarapan sebelum acara sebenarnya dimualai. Acara di dalam sana hingga jam pulang hanyalah seperti seminar. Ada beberapa pembicara, entah dari guru sekolah ini ataupun dari luar. Ada sesi motivasi, renungan hati, dan pembahasan lain yang aku tidak ingat.
Lanjut ke hari kedua dari acara MOS di sekolahku. Di hari sebelumnya, saat dijam-jam akhir waktu pulang kedua kakak kelas yang berperan sebagai host acara MOS memberikan beberapa daftar apa saja yang harus kami bawa di hari kedua esok hari. Berbeda dengan hari pertama, di hari kedua ini kami para murid baru disuruh membawa tanaman. Sebagaian jurusan membawa tanaman obat dan sebagian lainnya disuruh membawa tanaman hias. Jurusanku disuruh membawa pohon jambu. Bukan pohon jambu yang sudah besar, ya! hehehe. Tapi pohon jambu yang masih ditanam di pot.
Saat kami disuruh kumpul di lapangan parkir, aku melihat banyak sekali pot yang berdiri tepat di samping dari pemiliknya. Ukurannya macam-macam, ada yang kecil sampai ada tanaman dengan pot yang besar. Ah itu pasti berat sekali, karena aku pun merasakannya.
Setelah seperti acara kemarin, kumpul di lapangan parkir lalu sholat, kami pun digiring kembali ke aula. Kami pun memakan sarapan dengan menu yang berbeda dari hari kemarin. Setelah sarapan, kakak kelas menyuruh kami untuk membentuk satu barisan yang panjang sekali di luar aula. Kami akan melakukan lari pagi mengitari sekolah yang meliputi beberapa ruko dan mall Arion. Apa kamu pernah datang ke mall Arion di daerah Rawamangun? Nah di samping mall itu kana da jalan yang mengitari mall, lalu gedung BPJS, pom bensin, dan Wisma Arion, lalu belok ke kiri, naah ketemulah sekolahku. Perjalanan jogging masih 4 kali lipat dari yang aku jelaskan itu. Karena jalannya seperti bentuk kotak. Pergi dari sekolah dan sampai di sekolah pula. Selama jogging beberapa kakak kelas terlihat mengawasi kami berlari, ada yang ikut berlari, ada pula yang menggunakan motor. Takut-takut ada yang sudah tidak kuat jalan dan perlu pertolongan pertama. Setelah jogging terselesaikan, kami suruh untuk berkumpul di lapangan sekolah yang terletak persis di depan gedung aula. Di sana kami diberi waktu untuk beristirahat dan sembari menunggu teman-teman yang belum sampai di sekolah. Setelah kami sudah lebih mendingan, tubuh sudah tidak lagi gerah, dan capek, kami pun di ajak kakak kelas untuk mengitari sekolah (tidak dengan lari lagi, kok. Hehehe). Terutama di bagian gedung yang kami sebut bengkel di jurusan masing-masing.
Lanjut, ke hari ke tiga. Di hari ketiga tidak secapek di hari ke dua. Kami kembali mengenakan seragam putih biru, tidak seperti di hari ke dua yang memang kami dusuruh mengenakan seragam olahraga dari masing-masing asal sekolah. Di hari ke tiga, kami kembali disuruh membawa barang, dan yang kali ini kami bawa yaitu obat-obatan. Bukan obat-obatan terlarang, ya! hehehe. Ada yang membawa obat merah, kain kassa, sampai ke pembalut. Pokoknya bawa kebutuhan-kebutuhan untuk UKS, deh. Selanjutnya, acaranya sama seperti hari pertama. Seperti seminar. Namun, ada acara dimana kami menyaksikan pertunjukan dari ektra kulikuler yang ada di sekolah ini dan di akhir acara kami diberi sebuah angket yang isinya pertanyaan seperti “Kakak terbaik: …..” dan pertanyaan lainnya yang sejenis. Pasti kamu pun pernah mendapatkan angket seperti itu, kan?
Akhirnya! Yang ditunggu-tunggu datang juga! Hari terakhir MOS dan besok sudah bisa menggunakan seragam putih abu-abu! Yeay!
Pengalaman tiga hari yang cukup menyenangkan. Walau terasa pegal dan membosankan karena lebih banyak acara “mendengarkan” tapi ini seru. Pengalaman seperti ini pasti tidak akan terulang lagi, bukan? Hahaha. Ya, semoga saja di sekolahku dan mungkin di sekolah lain akan mengadakan MOS yang tidak hanya sebagai ajang “penunjukan diri” siapa yang lebih kuat bisa menindas siapa yang lebih lemah. Tapi memberikan edukasi yang memang benar-benar bermanfaat bagi murid baru untuk bisa survive di sekolah selama bertahun-tahun ke depannya.  Bisa merasa nyaman di sekolah, bisa lebih baik dari kakak kelas yang “menggiring” merekan selama tiga hari, supaya bisa lebih baik dari mereka yang sudah merasakan bagaimana “rasa” sekolah itu.

Terakhir. Dari sekian panang cerita yang sudah aku paparkan di atas, kesimpulan yang bisa aku dapat yaitu bahwa acara MOS juga bukan hanya bisa menjadi ajang yag bermanfaat untuk para murid, namun juga untuk sekolah dan lingkungannya. Seperti membawa tanaman, maka dengan cara itu lingkungan sekolah menjadi lebih asri dan lebih hijau. Dan dengan bawaan-bawaan lainnya yang juga bisa bermanfaat untuk warga sekolah lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar