Gambar : Saat peserta MOS berkumpul di aula sekolah.
Masa-masa
orientasi saat di SMK tidak bisa aku lupakan. Kegiatan yang berlangsung lima
tahun silam itu tepatnya tanggal 18 Juli 2011 memang menjadi sebuah kenangan
tersendiri. Hanya terjadi satu kali seumur hidup. Pantaslah aku menjadi lebih
lebay saat mengingat kegiatan itu. Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari di
sekolah.
Pagi
itu, hari pertama MOS, lapangan parkir SMKN 26 Pembangunan Jakarta yang menjadi
saksi dari kurang lebi 300 murid baru (termasuk aku) dibariskan dengan rapi
sejak jam 04.30 oleh beberapa kakak kelas. Kami semua masih mengenakan seragam
putih biru. Seragam yang sebenarnya sudah ingin sekali kami lepas saat
mengetahui bahwa kami lolos dari serangkaian tahap penyeleksian untuk masuk
sekolah ini. Namun, kami harus bersabar untuk 3 hari kedepan. Oh, iya, kembali
lagi ke cerita di pagi itu. Pagi itu, aku baru melihat wajah-wajah baru. Mereka
masih terlalu asing untukku. Semua peserta didik baru yang laki-laki bergaya
rambut sama: botak. Sedangkan yang wanita hanya disuruh untuk rambutnya diikat
rapi. Tidak seperti MOS-MOS yang ada di televisi, yang para murid wanita
diharuskan mengikat rambut dengan pita warna-warni hingga terlihat seperti
orang tidak waras. Sedangkan wanita yang berkerudung pun tidak diharuskan
bergaya atau menempelkan yang aneh-aneh. Kami bergaya seperi basanya, seperti
saat hari sekolah.
Oh,
iya, pada hari sebelum MOS, di sekolah diadakan acara pra-MOS. Di situ para
murid baru diberikan beberapa list
makanan dan barang-barang yang harus dibawa ataupun dibuat. Aku ingat sekali,
saat itu aku disuruh membuat name tag
berbentuk piston (sebuah komponen
pada mesin kendaraan), wajar saja karena aku masuk di jurusan otomotif. Aku
juga disuruh membawa nasi goreng dengan lauk nugget yang membentuk tulisan “SMKN 26 JKT”. Sinyanya, aku hanya
disuruh membawa sapu.
Setiap
jurusan disuruh membawa barang yang berbeda-beda. Ada yang membawa alat pel,
lap, kemoceng, dan yang lainnya. Ah aku lupa barang apa saja yang dibawa
teman-teman yang lainnya karena di sekolahku ada 6 jurusan dan itu pun
kejadiannya 5 tahun lalu.
Di
hari pertama itu, setelah dikumpulkan di lapangan parkir, selanjutnya kami
sholat subuh berjamaah di musholah sekolah. Dengan tertib dan –mungkin– penuh
rasa sabar kakak-kakak kelas itu mengatur kami untuk berjalan masuk musholah
dengan tidak menimbulkan keramaian. Setelah semua sudah melaksanakan sholat subuh, kami langsung
digiring menuju aula sekolah. Di aula, kami disuruh untuk sarapan sebelum acara
sebenarnya dimualai. Acara di dalam sana hingga jam pulang hanyalah seperti
seminar. Ada beberapa pembicara, entah dari guru sekolah ini ataupun dari luar.
Ada sesi motivasi, renungan hati, dan pembahasan lain yang aku tidak ingat.
Lanjut
ke hari kedua dari acara MOS di sekolahku. Di hari sebelumnya, saat dijam-jam
akhir waktu pulang kedua kakak kelas yang berperan sebagai host acara MOS memberikan beberapa daftar apa saja yang harus kami
bawa di hari kedua esok hari. Berbeda dengan hari pertama, di hari kedua ini
kami para murid baru disuruh membawa tanaman. Sebagaian jurusan membawa tanaman
obat dan sebagian lainnya disuruh membawa tanaman hias. Jurusanku disuruh
membawa pohon jambu. Bukan pohon jambu yang sudah besar, ya! hehehe. Tapi pohon
jambu yang masih ditanam di pot.
Saat
kami disuruh kumpul di lapangan parkir, aku melihat banyak sekali pot yang
berdiri tepat di samping dari pemiliknya. Ukurannya macam-macam, ada yang kecil
sampai ada tanaman dengan pot yang besar. Ah itu pasti berat sekali, karena aku
pun merasakannya.
Setelah
seperti acara kemarin, kumpul di lapangan parkir lalu sholat, kami pun digiring
kembali ke aula. Kami pun memakan sarapan dengan menu yang berbeda dari hari
kemarin. Setelah sarapan, kakak kelas menyuruh kami untuk membentuk satu
barisan yang panjang sekali di luar aula. Kami akan melakukan lari pagi
mengitari sekolah yang meliputi beberapa ruko dan mall Arion. Apa kamu pernah
datang ke mall Arion di daerah Rawamangun? Nah di samping mall itu kana da
jalan yang mengitari mall, lalu gedung BPJS, pom bensin, dan Wisma Arion, lalu
belok ke kiri, naah ketemulah sekolahku. Perjalanan jogging masih 4 kali lipat dari yang aku jelaskan itu. Karena
jalannya seperti bentuk kotak. Pergi dari sekolah dan sampai di sekolah pula.
Selama jogging beberapa kakak kelas
terlihat mengawasi kami berlari, ada yang ikut berlari, ada pula yang
menggunakan motor. Takut-takut ada yang sudah tidak kuat jalan dan perlu
pertolongan pertama. Setelah jogging
terselesaikan, kami suruh untuk berkumpul di lapangan sekolah yang terletak
persis di depan gedung aula. Di sana kami diberi waktu untuk beristirahat dan
sembari menunggu teman-teman yang belum sampai di sekolah. Setelah kami sudah
lebih mendingan, tubuh sudah tidak lagi gerah, dan capek, kami pun di ajak
kakak kelas untuk mengitari sekolah (tidak dengan lari lagi, kok. Hehehe).
Terutama di bagian gedung yang kami sebut bengkel di jurusan masing-masing.
Lanjut,
ke hari ke tiga. Di hari ketiga tidak secapek di hari ke dua. Kami kembali
mengenakan seragam putih biru, tidak seperti di hari ke dua yang memang kami
dusuruh mengenakan seragam olahraga dari masing-masing asal sekolah. Di hari ke
tiga, kami kembali disuruh membawa barang, dan yang kali ini kami bawa yaitu
obat-obatan. Bukan obat-obatan terlarang, ya! hehehe. Ada yang membawa obat
merah, kain kassa, sampai ke pembalut. Pokoknya bawa kebutuhan-kebutuhan untuk
UKS, deh. Selanjutnya, acaranya sama seperti hari pertama. Seperti seminar.
Namun, ada acara dimana kami menyaksikan pertunjukan dari ektra kulikuler yang
ada di sekolah ini dan di akhir acara kami diberi sebuah angket yang isinya
pertanyaan seperti “Kakak terbaik: …..” dan pertanyaan lainnya yang sejenis.
Pasti kamu pun pernah mendapatkan angket seperti itu, kan?
Akhirnya!
Yang ditunggu-tunggu datang juga! Hari terakhir MOS dan besok sudah bisa
menggunakan seragam putih abu-abu! Yeay!
Pengalaman
tiga hari yang cukup menyenangkan. Walau terasa pegal dan membosankan karena
lebih banyak acara “mendengarkan” tapi ini seru. Pengalaman seperti ini pasti
tidak akan terulang lagi, bukan? Hahaha. Ya, semoga saja di sekolahku dan
mungkin di sekolah lain akan mengadakan MOS yang tidak hanya sebagai ajang
“penunjukan diri” siapa yang lebih kuat bisa menindas siapa yang lebih lemah.
Tapi memberikan edukasi yang memang benar-benar bermanfaat bagi murid baru
untuk bisa survive di sekolah selama
bertahun-tahun ke depannya. Bisa merasa
nyaman di sekolah, bisa lebih baik dari kakak kelas yang “menggiring” merekan
selama tiga hari, supaya bisa lebih baik dari mereka yang sudah merasakan bagaimana
“rasa” sekolah itu.
Terakhir.
Dari sekian panang cerita yang sudah aku paparkan di atas, kesimpulan yang bisa
aku dapat yaitu bahwa acara MOS juga bukan hanya bisa menjadi ajang yag
bermanfaat untuk para murid, namun juga untuk sekolah dan lingkungannya.
Seperti membawa tanaman, maka dengan cara itu lingkungan sekolah menjadi lebih
asri dan lebih hijau. Dan dengan bawaan-bawaan lainnya yang juga bisa
bermanfaat untuk warga sekolah lainnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar