Senin, 22 Agustus 2016

Karena Saya Mencintai Indonesia dari Ketinggiannya Hingga Kedalamannya.



Aku bangga menjadi salah satu bagian dari negara yang kaya akan budaya, kuliner, dan juga wisata alamnya. Aku bangga menjadi anak Indonesia yang dikenal bukan hanya karena keramah tamahan penduduknya, bukan juga terkenal karena dikumandangkannya lagi Indonesia Raya di Olimpiade Rio 2016 yang baru-baru ini terjadi, tapi karena Indonesia memiliki jutaan cerita di setiap senti tanahnya. Memiliki keagungan tersendiri di setiap detik hembusan angin di atas tanahnya.
Indonesia yang kaya akan pemandangan indah dari setiap puncak gunung yang berdiri kokoh di bumi tercinta, membawaku untuk ingin merasakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya itu. Sambil merayakan kelulusan dari masa putih abu-abu, saya dan teman-teman sekelas dari Jurusan Otomotif  SMKN 26 Pembangunan Jakarta tahun ajaran 2015 merencanakan perjalanan menuju Gunung Papandayan yang terletak di Garut, Jawa Barat.
Kamis, 24 April 2014. Saya, Fany (satu teman wanita saya), dan 14  teman lelaki lainnya siap dengan bawaan masing-masing untuk menunggu bus di terminal Kampung Rambutan yang akan mengantar kami langsung Garut.
Saat kami sampai di terminal Garut, malam pun semakin larut. Supir yang mungkin sudah paham bahwa kami –dengan tas yang besar-besar ini, akan menuju pos pertama Gunung Papandayan langsung menghampiri untuk menawarkan naik ke angkot mereka yang siap mengantar sampai tujuan selanjutnya. 
Setelah sekitar 30 menit kami berdesak-desakan di dalam angkot, akhirnya kami sampai di pos pendaftaran untuk mendaki Gunung Papandayan dan selanjutnya kami masih harus menaiki mobil los bak untuk sampai di pos terakhir sebelum melakukan penanjakan Gunung Papandayan. 

 


Gambar : (1) Saat berada di Terminal Kampung Rambutan; (2) Saat berada di angkot; (3) Saat berada di Pos terakhir 

 Sampai di POS terakhir sebelum melakukan penanjakan, kami menginap semalam di sebuah warung. Di sinilah saya merasa keramah tamahan dari penduduk Indonesia. Walau keluarga penjaga warung itu tak mengenal kami ber-15, namun ia bersedia mempersilahkan kami untuk tidur di balai yang terletak di belakang warung. Sedangkan aku dan teman wanita ku tidur di tempat yang sama bersama ibu penjaga warung. Kami berdua diberikan pinjam selimut dan saat pagi pun kami diberikan segelas teh hangat. 
 


Gambar : (1) Saat di warung; (2) Saat ingin melakukan penanjakan

Jumat, 25 April 2014. 
Kami memulai penanjakan di pagi hari. Tidak terlalu lama kami berjalan dari bawah, sampailah kami di kawah belerang Gunung Papandayan.
 
Dari kawah belerang papandayan kami masih melanjutkan langkah kami menyusuri jalur pendakian Gunung Papandayan yang sangat menakjubkan. Tidak ada kata lain selain Subhanallah karena di dikejutkan dengan pemandangan yang disediakan secara gratis oleh Allah SWT. Inilah anugrah Tuhan yang diberikan untuk Indonesia.
Melewati jalan setapak yang berbatu, aliran sungai, menanjak, terik matahari, tas yang dibawa seperti serasa semakin berat, semua itu kami rasakan demi satu tujuan, puncak. Kami juga saling menunggu jika ada yang tertinggal, berhenti jika ada yang sudah merasa lelah. Semua itu dilakukan karena kami sadar bahwa kami adalah satu tim.

Setelah lanjut berjalan, sampailah kami di Pondok Salada, di sanalah kami mendirikan tenda untuk kami bermalam sebelum menuju puncak di hari esok.
Indonesia pun dikenal dengan gotong royongnya, begitulah yang terlihat saat semua lelaki di tim ku untuk mendirikan tenda. Sedangkan aku dan Fany mempersiapkan makanan.
Semua persiapan tenda, makanan, dan berberes diri pun kami selesaikan sampai malam tiba. 

Sabtu pagi, 27 April 2016.
Kami melanjutkan perjalanan di hari terakhir untuk segera sampai puncak. Perjalanan terasa menyenangkan karena pemandangan yang memanjakan mata. Selama perjalanan menuju puncak, kami melewati beberapa spot yang terkenal di Gunung Papandayan. Seperti Hutan Mati dan Tegal Alun yang penuh dengan bunga edelweiss. 



Gambar : (1) di Hutan Mati; (2) di Tegal Alun; (3) Puncak Gunung Papandayan.

Namun, kami kurang beruntung saat sampai di puncak, karena di sana kami hanya mendapatkan kabut yang menutupi pemandangan indah di bawahnya. Tapi walaupun seperti itu tidak akan mengurangkan keindahan alam Indonesia. Kami cukup puas dengan pemandangan yang bisa kami nikmati selama perjalanan naik maupun turun. Perjalanan yang menyenangkan dan memberikan banyak pembelajaran.

Saat ini, keindahan pemandangan dari puncak sudah tidak bisa saya rasakan lagi. Dikarenakan urusan perizinan dari orang tua, banyak berita kecelakan di gunung lah yang menjadi penyebabnya.
Tapi saya tidak akan pernah berhenti mencintai Indonesia.  Selain pemandangan indah dari puncak gunung, Karena saya mencintai Indonesia dari ketinggiannya hingga kedalamannya. Indonesia masih punya jutaan pemandangan indah yang bisa dinikmati. Dari pantai sampai ke pedesaan terdalam. Dan ada satu tempat yang ingin aku singgahi, yaitu Pantai Maratua yang beradai di Kalimantan Timur.

Pemandangan yang indah dengan biota-biota alam yang menakjubkan. Itu semua mampu membawa saya untuk ingin mendatangi pantai tersebut.
Karena itu lah saya berharap suatu saat saya bisa mewujudkan keinginan saya untuk melihat keindahan Indonesia di pantai maratua. Karena menuju Kalimantan Timur, menggunakan pesawat adalah cara yang paling efektif, harga tiket pesawat murah tentu menjadi pertimbangan nomor satu, apalagi kalau saya bisa mendapatkan tiket pesawat GRATIS dari Airpaz.com



Seandainya saya dapat tiket pesawat gratis dari Airpaz, saya akan terbang dengan penerbangan pertama di pagi hari dengan maskapai Citilink, karena jika sudah sampai saya akan melihat keindahan Kalimantan Timur lainnya di pagi hari. Dan pasti sangat indah. Karena Indonesia indah, dank arena itu pula Aku Cinta Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar