Ingin
rasanya aku berteriak di hadapanmu. Menanyakan apa kamu sebodoh itu tidak tahu
arti tatapanku. Mengapa kamu tidak peka dengan apa yang aku rasakan? Ingin
rasanya kusampaikan segala hal tersimpan di hatiku. Ingin rasanya kukatakan
saja kepadamu. Akulah orang yang memikirkanmu sepanjang hariku. Akulah orang
yang tidak pernah luput memerhatikanmu. Namun, mengapa kamu terlihat bodoh dan
tak mau tahu? Apa kamu tidak punya perasaan di hatimu? Kurangkah kedekatan kita
selama ini?
Pernah
aku ingin menyatakan kepadamu, tak peduli apakah kamu merasakan hal yang sama.
Namun, seketika aku tidak punya nyali saat berada di hadapanmu. Matamu selalu
saja mampu membungkam apa yang aku pendam. Suaramu selalu saja mampu meredam
apa yang bergejolak di dadaku terdalam. Sungguh, ini selalu melelehkan
sekaligus menyesakkan. Namun, aku tidak pernah ingin melepaskan. Kamu menjadi
seseorang yang kuperhatikan sepenuh hati. Seseorang yang ingin aku miliki,
tetapi seolah tidak peduli.
Andai
kamu ingin lebih jeli sedikit lagi, selalu ada hati dalam kebersamaan kita
setiap hari. Coba saja kamu mau lebih peka sedikit lagi. Mungkin rasanya tidak
akan sesakit ini. Kamu akan tahu betapa dalamnya aku memendam rasa. Kamu tidak
akan membiarkan hatiku terluka. Namun, semua itu hanya hal yang aku impikan.
Bukan sesuatu yang ingin kamu wujudkan. Kamu memilih menjadi orang tak mau
tahu. Seolah tidak ingin membalas semua isi hatiku.
Jika
saja kamu bersedia membuka hati. Kamu akan tahu betapa dalamnya aku
menenggelamkan diri. Kamu akan tahu perasaanku bukan sekedar cinta di dalam
hati. Aku ingin memilikimu menjadi seseorang yang teramat berarti. Aku ingin
memelukmu dengan sepenuh rindu yang sering tak terkendali. Namun, apa dayaku,
sampai hari ini kamu mamilih tidak mau tahu. Apa dayaku, melupakanmu juga tak
mudah bagiku.
Boy Candra | 03/03/2015
***
Cerita ini diambil dari novel karya Boy Candra yang berjudul "Senja, Hujan, & Cerita Yang Telah Usai"
Diterbitkan oleh: mediakita . Tahun 2015.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar