Jumat, 04 April 2014

Panggil Aku Sayang

[PART 1]

Akhir-akhir ini perhatianku tercuri oleh dia. Dia yang memakai motor Supra bernomor polisi B 3486 KCM. Dia yang selalu memakai jaket biru yang ada tulisan “architect” berwarna kuning di bagian punggungnya. Dia dengan helm merahnya yang berkaca hitam. Dia yang pernah menjadi seperti lawan aku dulu-duluan sampai di sekolah. Dia yang... hhmm, entahlah apa lagi. Aku pun belum begitu tahu tentangnya.
            Pagi ini tidak seperti kemarin. Aku tidak melihatnya di jalan selama berangkat ke sekolah. Apa mungkin karena aku terlalu pagi dan dia yang kesiangan? Atau karena aku yang kesiangan dan dia yang terlalu pagi berangkatnya?
            Sesampainya di sekolah, ternyata motornya sudah bertengger di parkiran. Ah! Aku kesiangan ternyata.
            Aku selalu tidak bisa bersamanya jika pulang sekolah. Aku yang disibukan oleh urusan ekstrakulikuler di sekolah membuat aku selalu pulang lebih lama dan menetap di sekolah lebih lama. Seperhatian aku, dia pulangnya selalu tepat waktu. Saat bel pulang, dia langsung menghampiri motornya dan berangkat pulang. Itu sebabnya kesempatan aku melihatnya di jalan hanya saat berangkat sekolah.
Sedangkan di sekolah? aku hanya bisa memandanginya dari jauh. Tanpa berani menyapa, tanpa berani bercerita dengan yang lain.
            Hari ini aku mencoba untuk berangkat lebih awal dari hari kemarin. Berharap bisa bertemu dengannya di jalan. Memerhatikan sekeliling jalan, mencoba menemuka dia yang berjaket biru. Namun, tak kujung kelihatan hingga aku sampai di sekolah. Saat di parkiran sekolah, aku melihat motornya memang belum bertengger di sana. Ah! Kali ini aku yang terlalu kepagian!
            Jam pulang sekolah pun berdering. Hari ini aku tidak mau dulu mengurus berbagai urusan di ekskul. Aku ingin langsung pulang. Aku ingin merasakan melihat dia di jalan saat pulang sekolah. Akhirnya aku pun langsung menuju parkiran sekolah. Yes! Aku melihatnya di parkiran. Dia dengan jaket birunya namun tanpa helm merahnya.
            Parkiran motor terlihat sekali penuhnya. Aku tidak biasa dengan kondisi seperti ini. Biasaya yang aku lihat adalah parkiran motor yang sudah sepi dari motor-motor penghuni sekolah lainnya. Tetapi ternyata sebanyak ini yang memarkirkan motor, baru tahu aku.
            Aku melihatnya sedang menggeser-geser motor lainnya agar motornya dapat keluar. Bersama teman-teman sekelasnya, satu per satu motor-motor yang menghalangi jalan pun digeser. Sedangkan aku masih berdiri melihatnya dari kejauhan. Aku juga bisa melihat dia mengeluarkan motornya dari kerumunan motor-motor lain. Kaki ku mulai aku ajak untuk melangkah lebih dekat dengan parkiran. Aku lewat di depannya. Dia sedang menghidupkan motornya dan sedang memakai helm merahnya.


            Namun keberuntungan masih tidak berpihak kepadaku. Motorku masih terlalu sulit untuk keluar saat ini. Masih banyak motor yang menghalangi motorku untuk keluar secepat ini. Ah! Dia sudah pergi duluan! Sedangkan aku masih bingung untuk menemukan cara bagaimana motorku bisa keluar. Nasib!
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar