Sabtu, 29 Maret 2014

SENJAKU


Aku mengenalmu dalam diam. Aku tahu namamu dalam diam. Aku paham tentangmu dalam diam. Dan aku mencintaimu dalam diam.
Itulah aku, aku yang tak pernah berani mengungkapkan diri bahwa diamku tiga tahun ini begitu melekat hingga susah untuk dilepas. Namun, aku bangga bisa bertahan dalam diam hingga kurun waktu yang cukup lama ini.
Berkomunikasi denganmu membuat diamku seperti memiliki kemajuan untuk mulai melaflkan kata-kata. Melalui pesan singkat membuat aku tak sadar bahwa aku sudah menemukan cara untuk tak diam lagi kepadamu. Melalui kata-kata yang kerapkali menghiasi inbox ponselku membuat aku semakin merasa yakin bahwa engkau juga memiliki perasaan yang sama kepadaku.
Namun, setiap pesanmu seperti senja. Yang perlahan meninggalkan aku, dan memasukkan aku dalam ruang gelap. Meninggalkan aku dengan kenangan yang indah. Namun, tetap saja, kamu meninggalkan aku.
Senja itu pergi. Senja itu meninggalkan kenangan indah. Senja itu membuat simpul senyum yang menyenangkan. Senja itu, senja dalam ponsel. Ah, itu indah, sayang!
Menganggat panggilan darimu, mengucapkan salam kepadamu, dan mendengar dirimu berceloteh. Sesungguhnya aku hanya ingin diam dan mendengar suaramu saja. Namun, hati tak bias bohong bahwa aku tak ingin diam lagi kepadamu. Diam dan bungkam dalam pesan singkat.
Pertama kali aku mendengar suaramu. Itu sangat lucu. Taukah kamu, saat melihat namamu muncul di ponselku dalam bentuk panggilan masuk, aku seperti ingin melayang. Ah, itu sungguh tak masuk akal sebenarnya. Namun itulah yang aku rasakan.
Kita bercengkrama. Kita saling mengeluarkan tawa. Dalam waktu singkat itu, semua kesedihan yang sempat aku rasakan langsung lenyap. Mau tahu kenapa? Karena aku semakin sayang kepadamu.
Suaramu, suara yang dari dulu aku rindukan untuk masuk dalam tengingaku. Suara yang berhasil membuat pipiku terasa hangat. Suara yang hanya 2 menit yang mampu membuat senyum lebih lama dari itu. Ah! Kenapa aku merindukan kembali suara itu?
Namun, kembali lagi. Suaramu juga seperti senja. Menghilang, tak meninggalkan apapu kecuali kenangan manis yang sangat aku sukai. Senja yang menghilang dalam diam.

Mungkin, engkaulah senja yang Tuhan takdirkan untuk menutup hariku yang panjang ini. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar