
Aku mengenalmu dalam diam. Aku tahu namamu dalam diam. Aku paham
tentangmu dalam diam. Dan aku mencintaimu dalam diam.
Itulah aku, aku yang tak pernah berani mengungkapkan diri
bahwa diamku tiga tahun ini begitu melekat hingga susah untuk dilepas. Namun,
aku bangga bisa bertahan dalam diam hingga kurun waktu yang cukup lama ini.
Berkomunikasi denganmu membuat diamku seperti memiliki
kemajuan untuk mulai melaflkan kata-kata. Melalui pesan singkat membuat aku tak
sadar bahwa aku sudah menemukan cara untuk tak diam lagi kepadamu. Melalui kata-kata
yang kerapkali menghiasi inbox ponselku membuat aku semakin merasa yakin bahwa
engkau juga memiliki perasaan yang sama kepadaku.
Namun, setiap pesanmu seperti senja. Yang perlahan
meninggalkan aku, dan memasukkan aku dalam ruang gelap. Meninggalkan aku dengan
kenangan yang indah. Namun, tetap saja, kamu meninggalkan aku.
Senja itu pergi. Senja itu meninggalkan kenangan indah. Senja
itu membuat simpul senyum yang menyenangkan. Senja itu, senja dalam ponsel. Ah,
itu indah, sayang!
Menganggat panggilan darimu, mengucapkan salam kepadamu, dan
mendengar dirimu berceloteh. Sesungguhnya aku hanya ingin diam dan mendengar
suaramu saja. Namun, hati tak bias bohong bahwa aku tak ingin diam lagi
kepadamu. Diam dan bungkam dalam pesan singkat.
Pertama kali aku mendengar suaramu. Itu sangat lucu. Taukah kamu,
saat melihat namamu muncul di ponselku dalam bentuk panggilan masuk, aku
seperti ingin melayang. Ah, itu sungguh tak masuk akal sebenarnya. Namun itulah
yang aku rasakan.
Kita bercengkrama. Kita saling mengeluarkan tawa. Dalam waktu
singkat itu, semua kesedihan yang sempat aku rasakan langsung lenyap. Mau tahu
kenapa? Karena aku semakin sayang kepadamu.
Suaramu, suara yang dari dulu aku rindukan untuk masuk dalam
tengingaku. Suara yang berhasil membuat pipiku terasa hangat. Suara yang hanya
2 menit yang mampu membuat senyum lebih lama dari itu. Ah! Kenapa aku
merindukan kembali suara itu?
Namun, kembali lagi. Suaramu juga seperti senja. Menghilang,
tak meninggalkan apapu kecuali kenangan manis yang sangat aku sukai. Senja yang
menghilang dalam diam.
Mungkin, engkaulah senja yang Tuhan takdirkan untuk menutup
hariku yang panjang ini. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar