Di tiktok dan Instagram (IG) lagi ramai banget tentang doa untuk orang yang sedang merindu. Katanya dibacakan setiap habis sholat maghrib. Yang dibacakan sholawat nabi, surah Al-Fatiha, setelah itu pegang dada dan sebutkan nama orang yang sedang kita rindukan, lalu doa yang baik-baik, setelahnya membaca “Ma Fi Qalbi Gairullah”, dan ditutup dengan sholawat nabi kembali.
Hal itu bisa ramai dan menjadi viral karena mereka juga
menyertakan bukti screen shoot dari chat yang dianggap disebut di
doanya. Itu membuktikan bahwa doa tersebut manjur.
Akhirnya, aku coba baca itu doa di hari Minggu, setelah adzan
maghrib (karena aku sedang berhalangan, jadi tidak sholat). Tidak langsung terkabul
memang. Orang yang aku sebut tidak chat aku sama sekali.
Ke esokan paginya, setelah sampai kantor, aku baca lagi doa
tersebut dengan menyebutkan namanya lagi. Entah doa ini memang manjur banget,
atau memang hanya kebetulan. Orang yang aku sebut namanya benar-benar langsung chat
aku! Serius!
Dia membalas IG story yang aku upload tidak
lama dari setelah aku lafaskan doa itu. Aku dan dia bukan dua orang yang sering
banget chatting, bahkan dia membalas IG story-ku pun bisa hitungan
jari sejak bertahun-tahun berteman di IG.
Tentu senang banget aku saat itu. Chat kami pun
berjalan cukup lancar walaupun tidak terlalu padat, karena aku dan dia
sama-sama sedang bekerja. Tapi jika aku bandingkan dengan frekuensi balas chat
dari dia dengan yang dulu, yang ini lebih sering. Kalau dulu dia balas story
atau kami memang sedang membahas sesuatu di WA, aku chat pagi dibalas
oleh dianya bisa sore bahkan malam, aku chat malam sama dia dibalasnya keesokan
harinya.
Mendapat chat dari dia benar-benar seperti candu. Aku terus
memeriksa hp untuk melihat apakah ada notifikasi dari dia. Dan lama kelamaan,
aku merasa ada yang salah dengan aku. Aku seperti kembali berharap kepada manusia,
kepadanya, bukan kepada-Nya.
Padahal aku memulainya karena aku percaya bahwa Allah akan
mengabulkan doaku, dan benar saja. Ia mengabulkan doaku. Tapi akunya malah
bukan lagi berharap kepada-Nya untuk terus membuat kami dekat. Aku malah
berharap yang macem-macem, imajinasiku terlalu terbang tinggi. Berharap banyak
hal kepadanya.
Aku rasa ada yang salah.
Akhinya aku cob acari tahu arti dari ‘Ma Fi Qalbi Ghairullah’,
dan aku mendapatkan kalimat ini dari salah satu sumber di internet:
“Kalimat ini merupakan bentuk pengakuan dari seorang hamba
terhadap keteguhan hatinya untuk selalu mengingat dan hanya berharap kepada
Allah, dan hanya ada Allah saja di dalam hatinya.”
Ya, aku benar. Ada yang salah denganku. Aku seperti bertolak
belakang dengan doa yang aku panjatkan. Di hati aku jadinya bukan hanya ada
Allah saja, tapi ada dia yang aku sebut namanya.
Dan aku kembali teringat kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha. Ketika
Zulaikha mengejar cinta Yusuf, Allah jauhkan Yusuf darinya. Ketika Zulaikha
mengejar cinta Allah, maka Allah datangkan Yusuf kepadanya.
Padahal di hatiku saat bagian ‘doa yang baik-baik’, aku berdoa
“Ya Allah jika kami berjodoh, maka jagalah hatinya untuk aku, begitu juga
sebaliknya denganku. Jauhkan kami dari perbuatan yang tidak Engkau sukai. Maafkan
hamba atas segala kesalahan hamba.”
Harusnya dari awal aku berdoa, aku sudah sadar bahwa jangan
ada perasaan ingin lebih Ketika Allah mengabulkan doaku. Dan ternyata benar
saja, ketika aku menginginkan lebih dan mengejar dia, Allah jauhkan dia dariku.
Chat kami berhenti dengan tanda telah dibaca dari pesanku terakhir
kepadanya.
Aneh tapi memang ini yang terjadi. Bahkan Ketika aku membuat
story di WA dan IG, dia tidak lagi membalas story-ku itu.
Ternyata, ketika doaku terkabul, di sana pun tetap ada cobaan
sebagai tanda Allah sayang kepadaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar